Ketika baru tamat sekolah, rata-rata kita dan orang tua kita sangat berbahagia bila kita langsung dapat bekerja di perusahaan atau institusi ternama. (Calon) Mertua kita-pun merelakan anaknya kita nikahi – karena rata-rata (calon) mertua merasa nyaman bila sang (calon) menantu sudah bekerja. Sebaliknya orang tua maupun (calon ) mertua rata-rata tidak merasa nyaman bila kita tidak berusaha mencari ‘kerja’ melainkan belajar usaha sendiri misalnya. Fenomena ini terjadi karena ilusi kemapanan yang yang tercipta oleh pemahaman yang tidak sepenuhnya benar tentang kemanan pekerjaan atau job security.
Pemahaman umum bahwa perusahaan besar atau institusi ternama lebih mampu memberikan job security – tidak sepenuhnya atau selamanya benar. Tahukah Anda bahwa bila karir Anda menanjak dengan cepat, ini juga bisa berakibat Anda kehilangan pekerjaan dengan cepat ?. Kok bisa ?.
Ambil contohnya adalah bila Anda seorang karyawan, kemungkinan besarnya Anda ingin secepatnya naik pangkat dan menjadi direksi. Justru ketika Anda mencapai cita-cita Anda menjadi direksi inilah Anda kehilangan job security yang diidamkan oleh orang tua dan mertua tersebut diatas. Rata-rata direksi bekerja dengan kontrak 3 s/d 5 tahun per periode-nya, mereka bisa menjabat rata-rata sampai dua periode. Maka ketika seorang karyawan mencapai posisi direksi, dia harus siap kehilangan pekerjaannya dalam rentang waktu 6 s/d 10 tahun lagi paling lama.
Di banyak BUMN atau institusii yang berbau politis, kadang waktu untuk pensiun dari direksi tersebut bisa jauh lebih cepat lagi. Di hari-hari pertama saya diangkat jadi direksi di lingkungan anak perusahaan BUMN terbesar negeri ini, saya bersama seluruh jajaran direksi lain sudah dipanggil DPR. DPR di awal reformasi waktu itu nampaknya bisa setiap saat memanggil direksi BUMN dan anak-anak perusahaannya kapan saja untuk urusan apa saja.
Walhasil di hari-hari pertama menjabat-pun kami sudah diancam akan dipecat oleh fraksi yang waktu itu nampaknya tidak menyetujui pengangkatan kami. Tekanan polistis semacam ini terus berlanjut, sehingga selama enam tahun saya menjabat di perusahaan tersebut ; rekan-rekan direksi mitra kerja saya yang lain terus diganti , ada yang dua kali diganti, tiga kali diganti bahkan ada yang empat kali diganti !. Ini menggambarkan betapa tidak amannya bekerja sebagai pimpinan di perusahaan yang mapan sekalipun.
Kalau begitu apakah berarti enakan jadi karyawan biasa saja sampai pensiun ?. Tidak juga demikian, meskipun realitanya sebagian terbesar karyawan akan tetap menjadi karyawan sampai pensiun – karyawan-karyawan cemerlang di setiap perusahaan atau institusi pasti bercita-cita ingin mencapai puncak karir di perusahaan atau institusinya. Disinilah letak paradox-nya, justru ketika dia benar-benar mencapai karir puncaknya – bisa jadi saat itu pula dia kehilangan job security-nya.
Bagi yang tetap menjadi karyawan sampai pensiun – juga jangan berharap terlalu banyak pada dana pensiun Anda. Sebagian terbesar pensiunan yang hanya mengandalkan dana pensiunnya menderita secara financial karena jerih payah dia bekerja sekian puluh tahun dan ditabung di dana pensiun terus tergerus inflasi – seperti membawa air di ember bocor.
Lantas bagaimana kita bisa menciptakan job security yang sesungguhnya, yang bisa kita nikmati sampai usia pensiun sekalipun ?. Job security ini justru ada di bidang usaha yang selama ini dipersepsikan paling tidak aman yaitu pengusaha atau lebih spesifiknya pedagang. Kok bisa ?.
Bila Anda bisa berdagang, Anda tidak perlu kawatir dengan pekerjaan Anda. Di jaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, PD-nya para pedagang ini terwakili oleh kisah Abdur Rahman bin ‘Auf dibawah ini :
Telah bercerita kepada kami [Isma'il bin 'Abdullah] berkata, telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari [kakeknya] berkata; Ketika mereka (Kaum Muhajirin) telah tiba di Madinah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mempersaudarakan 'Abdur Rahman bin 'Auf dengan Sa'ad bin ar-Rabi'. Sa'ad berkata kepada 'Abdur Rahman; "Aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka hartaku aku akan bagi dua dan aku mempunyai dua istri, maka lihatlah mana diantara keduanya yang menarik hatimu dan sebut kepadaku nanti aku akan ceraikan dan apabila telah selesai masa iddahnya silakan kamu menikahinya". 'Abdur Rahman berkata; "Semoga Alah memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Dimana letak pasar-pasar kalian?". Maka mereka menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Dia tidak kembali dari pasar melainkan dengan membawa keju dan minyak samin yang banyak. Lalu dia terus berdagang hingga pada suatu hari dia datang dengan mengenakan pakaian dan wewangian yang bagus. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepadanya: "Bagaimana keadaanmu?". 'Abdur Rahman menjawab; "Aku sudah menikah". Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?". 'Abdur Rahman menjawab; "Sebiji emas atau seberat biji emas". Dalam hal ini Ibrahim ragu jumlahnya yang pasti. (HR. Bukhari).
Abdur Rahman bin ‘Auf tidak tertarik dengan harta halal yang ditawarkan saudaranya, karena dia PD bisa mencarinya sendiri dengan cukup melalui perdagangan. Abdur Rahman bin ‘Auf kemudian tercatat dalam sejarah Islam menjadi orang yang amat sangat kaya di negeri yang baru Madinah sampai akhir hayatnya – meskipun ketika dia berhijrah, dia tidak membawa hartanya yang dia tinggal di Mekah.
Bukan hanya kaya raya, dia juga termasuk salah satu Sahabat yang dijamin masuk surga. Artinya perdagangan yang dia lakukan sampai membuatnya kaya, tidak melanggar sedikit-pun ketentuan syariat agama ini. Sebab bila ada sedikit saja yang dia langgar, kemungkinannya dia tidak bisa dijamin masuk surga.
Belajar berdagang seperti yang dilakukan oleh Abdur Rahman bin ‘Auf tersebutlah yang perlu kita lakukan untuk memperoleh job security yang sesungguhnya. Yang perlu kita ketahui hanyalah dimana ada pasar, kemudian melihat apa-apa yang dibutuhkan orang di pasar. Bila kita bisa selalu memenuhi kebutuhan orang dipasar tersebut, itulah bisnis dan job security kita !.
Ingin belajar menerapkannya ?. Kita bisa belajar bersama dalam hal ini. Dalam waktu satu atau dua bulan dari sekarang, Bazaar Madinah yang saat ini sedang kami bangun model-nya di Depok insyaAllah akan siap beroperasi. Untuk yang pertama ini targetnya memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dalam 4 kategori kebutuhan yaitu Sembako, Toiletries (sabun, pasta gigi dlsb), Komoditi Segar (sayur, buah, daging dlsb) dan Makanan Jadi.
Karena targetnya untuk melahirkan generasi seperti Abdur Rahman bin ‘Auf – Abdur Rahman bin ‘Auf jaman ini, maka kesempatan ini kami buka seluas-luasnya bagi yang serius ingin berdagang sesuai syariah. Bila ternyata yang berminat lebih dari kapasitas yang kami sediakan, maka akan dibuat giliran yang adil seperti yang sudah saya jelaskan di tulisan tentang Bazaar Madinah.
Memang untuk yang pertama ini – melihat jenis barang dan pasar yang hendak dipenuhi kebutuhannya adalah spesifik di Depok, idealnya peluang pertama ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Depok dan sekitarnya. Tetapi bukan berarti masyarakat di daerah lain tidak bisa memanfatkan konsep ini, setelah model yang satu ini jalan – konsep yang sama insyaAllah bisa diterapkan dimanapun di Indonesia dengan cepat.
Bahkan untuk bangunan pasarnya sendiri, kini kita buat di pabrik composites kami sehingga mudah diinstall dengan cepat dimanapun. Sifat bangunan yang knock down seperti dalam ilustrasi dibawah, akan membuatnya feasible untuk dipasang di tanah sewa sekalipun.
Selamat datang generasi Abdur Rahman bin ‘Auf, inilah job security untuk kita-kita !. InsyaAllah. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 18 Februari 2011)