Belasan tahun lalu ketika saya masih aktif sebagai direksi perusahaan asuransi, ada cerita yang popular di kalangan para salesman asuransi – bahkan cerita ini termuat di majalah-majalah atau journal mereka. Konon suatu saat presiden Amerika waktu itu menemani istrinya reuni SMA, dalam reuni tersebut si istri bertemu dengan mantan pacarnya dan memperkenalkan kepada suaminya. Dalam perkenalan inilah sang presiden tahu bahwa mantan pacar istrinya tersebut kemudian berkarir sebagai seorang salesman asuransi. Sang presiden kemudian berbisik ke telinga istrinya : “Seandainya kamu jadi kawin sama dia, kamu adalah istri seorang salesman asuransi” . Istrinya yang tidak kalah cerdas kemudian berganti berbisik ke telinga suaminya : “Seandainya aku jadi kawin sama dia, dia yang jadi presiden Amerika – dan kamu jadi salesman asuransi !”.
Cerita ini tentu saja tidak sahih – tetapi ada pesan yang baik untuk menjadi pelajaran. Bahwa ketika kita sukses, bisa jadi kesuksesan itu bukan hanya karena diri kita saja – melainkan juga merupakan kesuksesan teman-teman dekat kita khususnya pasangan hidup kita.
Dalam Islam kita memiliki referensi yang lebih valid antara lain melalui hadits sebagai berikut : dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." (Musnad Ahmad, Hadits no 8065).
Ada dua pelajaran sekaligus dari hadits tersebut diatas yang bisa kita ambil yaitu sikap dalam menggapai kesuksesan dan sikap dalam mensyukurinya. Begitu kuatnya peran teman dekat ini (yang paling dekat tentu pasangan hidup kita) sampai-sampai di hadits tersebut digambarkan bahwa agama kita adalah agama teman dekat kita. Dalam bidang atau bahasa lain ini juga berarti kesuksesan kita adalah kesuksesan teman dekat kita.
Oleh karenanyalah menjadi amat sangat penting memilih teman yang bisa mendampingi Anda untuk menggapai kesuksesan. Sekarang perhatikanlah teman-teman dekat Anda, perhatikan potensi-potensi mereka, apakah kedepannya akan membawa kebaikan/kesuksesan atau sebaliknya.
Bila sampai sekarang dari teman-teman dekat Anda, Anda belum bisa melihat potensi sukses Anda – maka kini saatnya Anda mencari teman-teman yang sekiranya bisa membantu merealisasikan suksesnya cita-cita Anda. Di jaman teknologi kini seperti teknologi facebook misalnya, sungguh mudah mencari teman-teman yang berpotensi ini. Rata-rata account facebook menampilkan cukup detil profil pemilik account, dan rata-rata facebooker jarang menolak permintaan orang lain untuk berteman dengannya. Asal digunakan dengan baik dan dengan tujuan yang baik pula, teknologi semacam ini bisa sangat bermanfaat.
Kemudian bila Anda telah mencapai kesuksesan, jangan lupakan teman-teman dekat Anda. Bisa jadi kesuksesan yang Anda capai adalah kesuksesan teman-teman dekat Anda juga – khususnya pasangan Anda seperti dalam ilustrasi di awal tulisan ini. Dari sebuah survey yang pernah saya baca sekian tahun lalu, orang-orang sukses dibidang apapun ternyata rata-rata juga orang-orang yang setia sama pasangan hidupnya.
Lihat contohnya adalah para pemimpin negeri ini, sebagian terbesarnya adalah orang-orang yang sangat setia dengan pasangannya. Bahkan belum lama ini publik Indonesia begitu bersimpati dengan mantan presiden kita Bapak BJ. Habibie, yang kisah kesetiaan terhadap istrinya kemudian ditulis menjadi sebuah buku.
Yang perlu diperhatikan ketika Anda mencari teman untuk sukses adalah kriteria tentang sukses itu sendiri – dalam bidang apa Anda ingin sukses ?. Maka teman-teman Anda adalah juga yang berpotensi sukses dibidang tersebut. Guru ngaji saya misalnya, dia adalah seorang hafidz (hafal Al-Qur’an 30 juz) – untuk bisa mempertahankan ke-hafidzan-nya maka ketika mencari teman seumur hidup (istri) kriteria yang ditargetkannya ya dia harus mendapatkan seorang hafidzah.
Kita tahu bahwa untuk mempertahankan hafalan Al-qur’an harus terus diulang-ulang setiap waktu – maka berpasangan dengan seorang hafidzah meringankan beban hafalan guru ngaji saya tersebut. Ketika dia sedang mengulang-ulang hafalan – dari waktu ke waktu sebagai manusia biasa tentu terkadang ada yang lupa pula, tetapi karena ada istri disampingnya yang juga hafal Al-Qur’an 30 juz – maka sang istri bisa dengan mudah dan cepat membetulkannya, demikian pula sebaliknya ketika istri yang lupa.
Saling mengisi dan saling mengingatkan bila ada yang lupa tersebut bukan hanya untuk para hafidz dan hafidzah, kita semua perlu melakukannya dengan teman-teman dekat kita khususnya pasangan hidup kita. Maka pilihlah dia dengan baik, dan ketika kita sukses, jangan dilupakan atau bahkan dikhianati dia – sukses Anda adalah juga sukses teman hidup Anda !. Wa Allahu A’lam. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 11 Maret 2011)