HANYA MELAYANI TRANSAKSI PEMBELIAN DINAR DIRHAM DALAM BENTUK FISIK SECARA LANGSUNG (TATAP MUKA ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI)
TERIMA KASIH
Laman
Dinar dan Dirham
Grafik Harga Dinar dalam IDR dan Dollar
|
Gerai narDinar Bangkalan
Dinar Emas memiliki 3 fungsi :
Sebagai alat tukar, Timbangan yang adil dan Perlindungan nilai. Dinar emas untuk membangun ketahanan ekonomi dan memakmurkan umat tetapi tidak untuk ditimbun!. Jual Beli Dinar Emas dan Dirham Perak Bersertifikat produksi PT Aneka Tambang (Antam) persero dan PT Peruri (Persero) Jl. Nangka, Kamal Madura 69162 Kontak:
Amy : 081554481448
Email : gerainardinarbkl@gmail.com
| ||
Dapatkan discount belanja 10 % untuk pembelian produk Thibbunnabawy dan herba di Toko herba online BaherbA (www.baherba.blogspot.com), bagi setiap pembelian dinar di Gerai narDinar.
Trend Harga Dinar Dalam 3 Bulan
Jumat, 14 Juni 2013
Jumat, 18 Mei 2012
bisnis kok nunggu pensiun?
Dua alasan ketika seseorang diajak berbisnis : tak ada MODAL dan tak punya WAKTU.
Alasan salah jika yang dimaksud MODAL adalah finansial. Sementara banyak modal lain yang lebih diperlukan untuk mengawali bisnis, seperti modal kepercayaan, pertemanan serta mental keberanian. Banyak sekali bisnis, jika melihat contoh praktis yang terjadi, tumbuh dari modal keberanian individu pendirinya, perlahan membangun kepercayaan dan jaringan sebelum besar dan kemudian memerlukan modal finansial.
Selama kurang lebih 10 tahun terlibat di pengembangan SDM termasuk di dalamnya mempersiapkan karyawan memasuki masa pensiun, terlalu banyak contoh kegagalan bertahan hidup layak bagi mereka yang baru mengawali bisnis begitu masuk masa purna bhakti. Di Indonesia, karyawan rata-rata disiapkan mental, spiritual, kesehatan, bisnis dan bekal finansial satu hingga tiga tahun sebelum ia pensiun (Jepang: 10 tahun sebelumnya). Dengan persiapan pendek seperti itu, karyawan ‘full timer’ yang hanya memikirkan karir sepanjang pengabdiannya di perusahaan, tidak punya waktu untuk mempersiapkan perahu penghasilan berikutnya.
Pada usia pensiun, karyawan tak lagi seaktif, sesehat, seproduktif ketika usia kerja optimalnya. Dan memang, jika tak lagi mampu, masa pensiun adalah saat untuk menikmati hasil jerih payah selama periode produktif. Memutuskan berbisnis ketika memasuki masa pensiun, dengan pertimbangan modal uang tersedia (dari pesangon) dan waktu luang (karena tak lagi bekerja) mengandung resiko cukup besar, terutama bagi yang akan menggantungkan biaya hidup bulanan sepenuhnya dari hasil bisnis itu, karena :
- Perlu waktu untuk paling tidak 3 tahun untuk membuat bisnis berdiri mantap dan memberi hasil yang stabil. Jatuh bangun selama periode ini memerlukan ketahanan fisik, akal dan keuangan. Berpindah mentalitas dari karyawan menjadi pelaku usaha akan menghabiskan waktu tersendiri, dan sepanjang yang saya ketahui, banyak calon pensiunan yang gagal melewati jurang ini
- Pesangon yang seharusnya menjadi bekal hidup memasuki masa pensiun, biasanya akan diletakkan seluruhnya untuk membangun bisnis, membuat kelangsungan hidup keluarga terancam jika terjadi kegagalan.
Banyak cara untuk memulai bisnis seawal mungkin saat menjadi karyawan. Sekarang makin jadi trend ‘amphibi’ – julukan untuk karyawan yang juga memiliki bisnis sampingan. Ledakan permintaan domestik, kemudahan berwirausaha yang ditunjang teknologi dan biaya komunikasi yang makin murah serta jejaring bisnis yang bisa dengan mudah dibangun melalui komunitas, adalah penyubur tumbuhnya bisnis bagi siapa saja.
Jika modal non-finansial bisa dibangun dan disiapkan jauh hari sebelum masa pensiun untuk membangun bisnis, bagaimana dengan WAKTU? Sebagai salah satu sumber daya (resource), waktu tergantung pengelolanya, yaitu kita. Ia lentur, melar dan menyempit sesuai kehendak manusia. Banyak karyawan yang sambil bekerja juga menyelesaikan sekolah, bahkan kuliah S-1, master hingga dokotral, pun aktif di organisasi intra dan ekstra kantornya. Terbukti bisa dan lancar-lancar saja. Dengan kesungguhan & pengorbanan, berbisnis sambil bekerja sangat mungkin kita lakukan, tentu dengan tetap profesional dan tak mengganggu performa di kantor.
Membangun bisnis memerlukan stamina prima, terutama pada saat awal pendiriannya. Makin muda mengawalinya makin baik. Bukankah lebih baik membangun bisnis dari awal dan kita tinggal menikmatinya saat masa pensiun daripada memulai berjibaku saat kita tua renta?
Selasa, 29 November 2011
Pilihan Investasi : Antara Saham vs Emas…
Saya sering sekali mendapatkan pertanyaan yang terkait pilihan investasi antara saham atau emas, baik dari kalangan investor individu maupun korporasi. Saya sudah pernah menulisnya dari thesis S 2 Ibu Sri Pangestuti lebih dari setahun lalu – juga dalam beberapa tulisan sebelumnya, namun karena masih banyak pertanyaan dan juga sambil meng-update data – analisa sejenis saya munculkan lagi dalam tulisan ini dengan data yang lebih baru.
Data-data yang saya gunakan dalam tulisan ini berasal dari dua sumber yaitu dari Kitco untuk data emas, dan dari saluran Yahoo Finance untuk data bursa saham dunia yang terwakili olehDow Jones Industrial Average (DJIA) maupun saham-saham di Indonesia Stock Exchangeyang terwakili melalui IHSG-nya. Masing-masing saya ambil data untuk lima tahun untuk dapat menggambarkan situasi yang berkembang dalam perekonomian Indonesia maupun global akhir-akhir ini.
Saya tidak akan gunakan analisa teknis, tetapi cukup dengan menggunakan tiga ilustrasi dibawah untuk memberi gambaran mana yang lebih menarik bila harus memilih investasi antara saham atau emas.
Grafik pertama dibawah memberikan ilustrasi kinerja saham-saham di dunia yang terwakili oleh DJIA. Dengan mudah kita bisa melihat bahwa kinerja DJIA cenderung menurun dari kisaran angka 12,500 ke kisaran 11,500 dalam lima tahun terakhir, sebaliknya pada periode yang sama harga emas melonjak dari kisaran angka US$ 600-an/ozt ke kisaran angka mendekati US$ 1,800/ozt.
Artinya untuk jumlah emas yang sama yang Anda miliki lima tahun lalu, rata-rata akan mendapatkan tiga kali jumlah saham yang lebih banyak bila Anda belanjakan untuk membeli saham-saham perusahaan kelas dunia di bursa internasional. Grafik kedua dibawah menggambarkan hal ini dalam bentuk trend Dow Gold Ratio.
Lantas bagaimana kinerja saham yang ada di Indonesia ?. Rata-rata lima tahun terakhir memang lebih baik dari saham di bursa global, namun tetap belum bisa melebihi kinerja emas dalam periode yang sama. Lebih jauh lagi dalam grafik dibawah, kita bisa tahu bahwa kinerja saham ternyata lebih berfluktuasi atau lebih beresiko ketimbang emas. Artinya trend lima tahun terakhir masih sejalan dengan trend yang lebih panjang yang dikaji oleh Ibu Sri Pangestuti dalam thesisnya tersebut diatas, bahwa emas memberikan hasil lebih baik dan dengan resiko yang lebih kecil.
Tetapi bagaimana dengan sektor riil bila orang terus rame-rame pindah ke emas ?, inilah yang sering saya sampaikan bahwa emas hanyalah untuk mempertahankan nilai agar hasil jerih payah kita tidak tergerus oleh inflasi. Investasi idealnya adalah bila kita bisa memutar sendiri dana kita di sector riil dengan baik, insyaallah hasilnya akan lebih baik dari emas dan otomatis akan lebih baik dari saham karena ternyata saham tidak lebih baik dari emas seperti yang ditunjukkan oleh grafik-grafik tersebut diatas.
Inilah jawaban saya untuk Anda yang masih menanyakannya. Wa Allahu A’lam. (Muhaimin Iqbal, 24 November 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)