Dinar dan Dirham



Dinar dan Dirham
Dinar adalah mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah mata uang yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang dipakai pada zaman Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam . Pada era kekhalifahan Umar bin Khatab, ditetapkan bahwa Dinar dan Dirham memiliki standart seperti tersebut diatas. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan disertai Sertifikat setiap kepingnya. Keaslian dan keakuratan berat dan kadarnya telah diuji dan disertifikasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan oleh LBMA (London Bullion Market Association). Dinar dan Dirham saat ini belum diakui secara resmi oleh Pemerintah sebagai alat tukar, sehingga pengenalan kembali Dinar dan Dirham di kalangan umat, digunakan pendekatan sebagai bentuk investasi/tabungan dan pelindung aset/harta umat. Dinar sebagai mata uang yang berasal dari Dunia Islam, sepanjang sejarah telah terbukti memiliki daya beli yang stabil lebih dari 1400 tahun. Dalam kurun 40 tahun terakhir, Rupiah mengalami penurunan daya beli akibat INFLASI rata-rata 8 % per tahun, sedangkan US Dollar mengalami penurunan rata-rata 5 % per tahun. Sebaliknya dalam kurun waktu yang sama, nilai Dinar mengalami kenaikan nilai rata-rata 28,73 % per tahun terhadap Rupiah dan kenaikan rata-rata 10,12 % per tahun terhadap US Dollar. Bandingkan dengan bagi hasil Deposito di Bank yang berkisar 6 % - 8 %. Dinar dapat digunakan sebagai investasi/tabungan jangka menengah/panjang, sangat cocok untuk rencana jangka panjang seperti menunaikan ibadah haji, biaya pernikahan anak, biaya sekolah anak, biaya membeli/perbaikan rumah, warisan (Islam melarang kita meninggalkan keturunan yang lemah) dan lain sebagainya. Beban biaya dan kebutuhan hidup yang semakin berat memang tidak terasa ... dengan asumsi inflasi 7,5 % per tahun saja, biaya hidup kita dalam Rupiah akan meningkat lebih dari 100 % dalam 10 tahun mendatang. Kekuatan khasanah keadilan mata uang Dinar dapat dimanfaatkan untuk melindungi aset/harta kita dari kehancuran/penurunan nilai uang seperti yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu Sanering Rupiah tahun 1965 dan Krisis Moneter tahun 1997-1998.


Grafik Harga Dinar dalam IDR dan Dollar
Gerai narDinar Bangkalan
Dinar Emas memiliki 3 fungsi : Sebagai alat tukar, Timbangan yang adil dan Perlindungan nilai. Dinar emas untuk membangun ketahanan ekonomi dan memakmurkan umat tetapi tidak untuk ditimbun!.
Jual Beli Dinar Emas dan Dirham Perak Bersertifikat produksi PT Aneka Tambang (Antam) persero dan PT Peruri (Persero)
Jl. Nangka, Kamal Madura 69162
Kontak:
Amy : 081554481448
Email : gerainardinarbkl@gmail.com

Dapatkan discount belanja 10 % untuk pembelian produk Thibbunnabawy dan herba di Toko herba online BaherbA (www.baherba.blogspot.com), bagi setiap pembelian dinar di Gerai narDinar.

Trend Harga Dinar Dalam 3 Bulan

Senin, 14 Maret 2011

Dinar Untuk Membuat Angka-Angka Investasi Jangka Panjang Make Sense...

Membaca tulisan saya tanggal 25 Februari 2011 lalu dengan judul “Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol...”, seorang teman di Depkeu kirim email ke saya – menyatakan kesetujuannya bahwa redenominasi memang sudah waktunya dipikirkan serius di negeri ini. Beliau kemudian menyampaikan contoh masalah bahwa hutang R.I yang kini berada pada kisaran angka Rp 1,600 trilyun memerlukan 16 digit angka bila hendak ditulis dengan akurat. Saking banyaknya jumlah digit ini, di Microsoft excel-pun bila Anda ketikkan angka Rp 1,600,000,000,000,000 (seribu enam ratus  trilyun)  – maka angka ini otomatis akan diganti dengan angka 1.6E+15 (mungkin Microsoft beranggapan angka sebesar ini tidak make senseuntuk ditulis secara lengkap !). Dampaknya menurut teman tersebut adalah data hutang antara DepKeu dengan pemeriksaan  BPKP menjadi sering tidak cocok, ya karena itu tadi angka-angka yang terlalu besar yang oleh komputer kemudian diubah otomatis menjadi angka  dalam symbol...E+...

Dalam skala mikro, deterioriasi nilai Rupiah ini berdampak pada sense kita terhadap investasi pribadi jangka panjang; menjadi tidak mudah bagi kita untuk bisa menyimpulkan suatu investasi jangka panjang itu menguntungkan atau tidak. Karena yang paling banyak bentuk investasi jangka panjang yang dilakukan oleh masyarakat awam adalah investasi asuransi, maka untuk ilustrasi contoh kasus ini saya ambilkan dari investasi asuransi sebagai berikut :

Misalkan Anda mendapatkan penawaran asuransi dengan premi tunggal Rp 5 juta (saya ambil premi tunggal sebagai contoh – agar mudah diikuti). Kemudian disimulasikan oleh agen asuransi Anda bahwa setelah berjalan 10 tahun nanti hasil investasi Anda  bisa mencapai Rp 18 juta, setelah 20 tahun bisa mencapai Rp 48 juta dan setelah 25 tahun bisa mencapai Rp 68 juta. Anggap saja proyeksi tersebut konservatif sehingga hasil seperti yang di scenario-kan agen ini benar-benar tercapai, menarik kah investasi seperti ini ?.

Sepintas lalu tentu menarik karena uang Rp 5 juta Anda akan bisa menjadi Rp 18 juta, Rp 48 juta atau bahkan Rp 68 juta. Masalahnya adalah, amat sangat sulit bagi kita untuk bisa membayangkan seperti apa kiranya nilai daya beli uang Rp 68 juta tersebut 25 tahun yang akan datang !. Untuk contoh kasus riil-nya dapat Anda lihat di tulisan saya sekitar tiga tahun lalu dengan judul “Mengapa Uang Kertas Tidak Bisa Dipakai Untuk Perencanaan Financial Jangka Panjang...?”.

Alhamdulillah umat ini sebenarnya punya standar uang yang baku atau hakim yang adil untuk muamalah jangka panjang sekalipun yaitu Dinar (koin emas seberat 1 mitsqal atau setara 4.25 gram). Berdasarkan hadits shahih dan statistik harga emas kontemporer-pun  terbukti bahwa Dinar ini berdaya beli stabil sepanjang jaman. Satu Dinar cukup untuk membeli kambing kelas baik – memenuhi standar kambing qurban – lebih dari 1400 tahun lalu di jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kinipun 1 Dinar tetap cukup untuk membeli kambing yang baik untuk qurban. Meskipun nilainya terus naik, 1 Dinar tetap tidak cukup untuk membeli seekor sapi atau unta – sebaliknya 1 Dinar juga tidak pernah turun daya belinya sehingga hanya cukup untuk membeli ayam misalnya.

Karena daya beli atau nilainya yang stabil tersebut, Dinar dapat menjadi  hakim atau timbangan yang adil untuk menimbang apakah suatu investasi jangka panjang itu layak atau tidak. Maka melalui pendekatan yang sederhana saya gunakan harga Dinar untuk contoh penilaian layak atau tidak-nya sebuah penawaran investasi seperti dalam kasus penawaran asuransi tersebut diatas. Untuk ini saya gunakan aplikasi Excel 2003 untuk analisa sederhana dan worksheetnya bisa di download dari sini.

Analisa
Analisa Investasi

Analisa ini hanya menggunakan dua tabel, Tabel 1 saya sebut sebagai tabel sensitivitas harga Dinar – karena kita tidak tahu pasti nilai penurunan daya beli Rupiah terhadap Dinar ( atau apresiasi nilai Dinar terhadap Rupiah) sekian tahun yang akan datang.  Yang kita tahu adalah bahwa di masa lalu apresiasi ini pernah mencapai lebih dari 30% (2008), namun bisa juga hanya di kisaran 10 % bila nilai tukar Rupiah terus menguat seperti tahun ini misalnya. Maka untuk amannya saya buat range apresiasi harga Dinar berada di antara 10% s/d 30%. Di kolom rentang waktu investasi saya buat tiga alternatif saja yaitu 10 tahun, 20 tahun dan 25 tahun (angka-angka ini bisa Anda ubah sendiri).

Setelah kita menentukan range parameter rata-rata apresiasi, rentang waktu investasi dan asumsi harga Dinar saat ini (Rp 1,750,000,- ), maka masing-masing cell di tabel 1 tersebut dapat Anda isi secara manual dengan formula harga Dinar tahun ke x = harga sekarang * (1+apresiasi)^tahun x . Atau kalau Anda familiar dengan pengolahan data excel pengisiancells ini bisa Anda lakukan secara otomatis dengan menggunakan data tabel – cara kedua ini yang saya lakukan karena lebih efisien terutama bila kita mempunya alternatif data yang banyak.

Setelah tabel 1 terisi, Dengan mudah Anda menjadi tahu estimasi harga Dinar  pada tahun ke x dari sekarang bila apresiasi rata-ratanya y. Bila rata-rata apresiasi tahunannya 20 %, harga Dinar 10 tahun y.a.d. misalnya menjadi Rp 10,835,539. Dari tabel 1 ini pula kemudian Anda bisa buat tabel 2 yang mengkonversikan hasil investasi yang ditawarkan oleh agen asuransi Anda tersebut diatas ke nilai setara Dinar untuk berbagai kemungkinan waktu dan tingkat apresiasi harga Dinar rata-rata per tahun.

Premi tunggal yang Rp 5,000,000 tahun ini setara dengan 2.86 Dinar, bila apresiasi harga Dinar rata-rata tahunan hanya 10%, maka produk asuransi tersebut menjadikan Dinar Anda 3.97 Dinar pada tahun ke 10, menjadi 4.08 Dinar pada tahun ke 20 dan menjadi  3.59 Dinar pada tahun ke 25. Artinya dari timbangan Dinar produk asuransi tersebut masih bisa diterima bila apresiasi harga Dinar hanya 10% per tahun tersebut.

Bila harga Dinar mengalami appresiasi rata-rata 15% per tahun saja, maka premi setara 2.86 Dinar  tahun ini, tinggal 2.54 Dinar 10 tahun y.a.d; tinggal 1,68 Dinar 20 tahun y.a.d dan tinggal 1.18 Dinar 25 tahun y.a.d. Bila apresiasi Dinar mencapai rata-rata 20% seperti yang terjadi selama ini, maka nilai premi tunggal setara 2.86 Dinar yang Anda bayarkan tahun ini, tinggal setara 0.41 Dinar 25 tahun y.a.d . Perhatikan sekarang bahwa meskipun dalam angka Rupiah investasi Anda bisa saja  melonjak dari Rp 5 juta ke angka Rp 68 juta atau naik 1,260 % dalam 25 tahun, daya beli riilnya terhadap kambing (Dinar) bisa tinggal 14%-nya saja dalam rentang waktu tersebut.

Selanjutnya silahkan ber-exercise sendiri dengan mengubah asumsi-asumsi yang ada dicells kuning sehingga Anda bisa melihat hasil investasi jangka panjang Anda secara lebih akurat dan adil berdasarkan daya beli riilnya – bukan sekedar angka nominalnya. InsyaAllah. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 14 Maret 2011)

Sukses Anda, Sukses Teman Hidup Anda...

Belasan tahun lalu ketika saya masih aktif sebagai direksi perusahaan asuransi, ada cerita yang popular di kalangan para salesman asuransi – bahkan cerita ini termuat di majalah-majalah atau journal mereka. Konon suatu saat presiden Amerika waktu itu menemani istrinya reuni SMA, dalam reuni tersebut si istri bertemu dengan mantan pacarnya dan memperkenalkan kepada suaminya. Dalam perkenalan inilah sang presiden tahu bahwa mantan pacar istrinya tersebut kemudian berkarir sebagai seorang salesman asuransi.  Sang presiden kemudian berbisik ke telinga istrinya : “Seandainya kamu jadi kawin sama dia, kamu adalah istri seorang salesman asuransi” . Istrinya yang tidak kalah cerdas kemudian berganti berbisik ke telinga suaminya : “Seandainya aku jadi kawin sama dia, dia yang jadi presiden Amerika – dan kamu jadi salesman asuransi !”.

Cerita ini tentu saja tidak sahih – tetapi ada pesan yang baik untuk menjadi pelajaran. Bahwa ketika kita sukses, bisa jadi kesuksesan itu bukan hanya karena diri kita saja – melainkan juga merupakan kesuksesan teman-teman dekat kita khususnya pasangan hidup kita.

Dalam Islam kita memiliki referensi yang lebih valid antara lain melalui hadits sebagai berikut : dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat." (Musnad Ahmad, Hadits no 8065).

Ada dua pelajaran sekaligus dari hadits tersebut diatas yang bisa kita ambil yaitu sikap dalam menggapai kesuksesan dan sikap dalam mensyukurinya. Begitu kuatnya peran teman dekat ini (yang paling dekat tentu pasangan hidup kita) sampai-sampai di hadits tersebut digambarkan bahwa agama kita adalah agama teman dekat kita. Dalam bidang atau bahasa lain ini juga berarti kesuksesan kita adalah kesuksesan teman dekat kita.

Oleh karenanyalah menjadi amat sangat penting memilih teman yang bisa mendampingi Anda untuk menggapai kesuksesan. Sekarang perhatikanlah teman-teman dekat Anda, perhatikan potensi-potensi mereka, apakah kedepannya akan membawa kebaikan/kesuksesan atau sebaliknya.

Bila sampai sekarang dari teman-teman dekat Anda, Anda belum bisa melihat potensi sukses Anda – maka kini saatnya Anda mencari teman-teman yang sekiranya bisa membantu merealisasikan suksesnya cita-cita Anda.  Di jaman teknologi kini seperti  teknologi facebook misalnya, sungguh mudah mencari teman-teman yang berpotensi ini. Rata-rata account facebook menampilkan cukup detil profil pemilik account, dan  rata-rata facebooker jarang menolak permintaan orang lain untuk berteman dengannya. Asal digunakan dengan baik dan dengan tujuan yang baik pula, teknologi semacam ini bisa sangat bermanfaat.

Kemudian bila Anda telah mencapai kesuksesan, jangan lupakan teman-teman dekat Anda. Bisa jadi kesuksesan yang Anda capai adalah kesuksesan teman-teman dekat Anda juga – khususnya pasangan Anda seperti dalam ilustrasi di awal tulisan ini. Dari sebuah survey yang pernah saya baca sekian tahun lalu, orang-orang sukses dibidang apapun ternyata rata-rata juga orang-orang yang setia sama pasangan hidupnya.

Lihat contohnya adalah para pemimpin negeri ini, sebagian terbesarnya adalah orang-orang yang sangat setia dengan pasangannya. Bahkan belum lama ini publik Indonesia begitu bersimpati dengan mantan presiden kita Bapak BJ. Habibie, yang kisah kesetiaan  terhadap istrinya kemudian ditulis menjadi sebuah buku.

Yang perlu diperhatikan ketika Anda mencari teman untuk sukses adalah kriteria tentang sukses itu sendiri – dalam bidang apa Anda ingin sukses ?. Maka teman-teman Anda adalah juga yang berpotensi sukses dibidang tersebut. Guru ngaji saya misalnya, dia adalah seorang hafidz (hafal Al-Qur’an 30 juz) – untuk bisa mempertahankan ke-hafidzan-nya maka ketika mencari teman seumur hidup (istri) kriteria yang ditargetkannya ya dia harus mendapatkan seorang hafidzah.

Kita tahu bahwa untuk mempertahankan hafalan Al-qur’an harus terus diulang-ulang setiap waktu – maka berpasangan dengan seorang hafidzah meringankan beban hafalan guru ngaji saya tersebut. Ketika dia sedang mengulang-ulang hafalan – dari waktu ke waktu sebagai manusia biasa tentu terkadang ada yang lupa pula, tetapi karena ada istri disampingnya yang juga hafal Al-Qur’an 30 juz – maka sang istri bisa dengan mudah dan cepat membetulkannya, demikian pula sebaliknya ketika istri yang lupa.

Saling mengisi dan saling mengingatkan bila ada yang lupa tersebut bukan hanya untuk para hafidz dan hafidzah, kita semua perlu melakukannya dengan teman-teman dekat kita khususnya pasangan hidup kita. Maka pilihlah dia dengan baik, dan ketika kita sukses, jangan dilupakan atau bahkan dikhianati dia – sukses Anda adalah juga sukses teman hidup Anda !. Wa Allahu A’lam. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 11 Maret 2011)

Melawan Inflasi Yang Memiskinkan : Bila Yang Kita Punya Hanya Diri Kita...

Dalam beberapa tulisan saya, antara lain tulisan tanggal 4 Januari 2011 tentang “Food For All...” , telah saya ungkapkan betapa dasyatnya inflasi memiskinkan kita – khususnya inflasi bahan pangan -  yang persisten diatas kenaikan rata-rata pendapatan kita setiap tahunnya. Karena trend naiknya harga pangan ini belum nampak berbalik atau berubah arah, hanya ada satu cara untuk melawanya – yaitu kita sendiri yang harus berusaha maksimal mengalahkan trend tersebut. Tetapi bagaimana kita bisa mengalahkan inflasi ini ?.

Melawan inflasi adalah seperti perang menghadapi musuh yang akan merenggut kekayaan dari hasil jerih payah kita, musuh yang akan menjajah dan mengeruk kekayaan kita. Seperti juga perang, maka ada dua strategi yang bisa digunakan yaitu strategi bertahan (defensif) dan strategi menyerang (ofensif).  Pencapaian maksimal dari strategi defensif adalah berhasilnya kita mempertahankan harta dari serangan inflasi. Strategi defensif sendiri tidak akan membuat kita unggul – ya hanya sebatas membuat kita mampu bertahan tadi.

Sebaliknya  strategi menyerang atau ofensif  berpeluang kita unggul dan mampu mengalahkan inflasi,  hanya saja untuk ini memang diperlukan keunggulan kekuatan sehingga peluang kita untuk mampu mengalahkan musuh yang bernama inflasi tersebut memang harus lebih besar dari peluang kalahnya. Lantas strategi mana yang kita pilih ?, saya lebih suka menggunakan kata ‘dan’ yang berarti keduanya , ketimbang menggunakan kata ‘atau’ yang membuat kita bimbang untuk memilih diantara keduanya.

Dinar emas yang sudah sejak sekitar 3 tahun lalu kita perkenalkan ke masyarakat misalnya, terbukti efektif untuk mengisi strategi defensif tersebut diatas. Rata-rata apresiasi emas terbukti mampu mengalahkan rata-rata inflasi bahan pangan sekalipun – yang merupakan komponen inflasi tertinggi di negeri ini.

Namun dengan strategi defensif melalui simpanan Dinar saja tidak membuat orang bertambah makmur – ya hanya membuat kita mampu bertahan tadi. Dengan strategi defensif ini yang kaya tetap kaya , sedangkan yang kekurangan tetap akan kekurangan. Maka meskipun strategi ini juga kita gunakan secukupnya, saya tidak menganjurkan kita terlalu banyak menaruh resources kita di strategi ini.

Bila ada kecukupan resources (modal, tenaga dlsb), saya sangat condong untuk menajak kita semua  terjun rame-rame di sektor riil seperti perdagangan, pertanian, industri dlsb. atau bidang-bidang yang kita kuasai betul – yang kita bisa jagokan untuk senjata perang melawan inflasi. Berat memang dan penuh risiko, tetapi insyaAllah jerih payah ini akan rewarding.

Bila kita memiliki resources yang cukup untuk membangun dua strategi tersebut yaitu defensif maupun ofensif melawan inflasi, maka itu yang ideal. Masalahnya adalah situasi ideal ini justru yang paling jarang kita miliki. Situasi ideal hanya enak diomongkan atau ditulis tetapi jarang kita jumpai di lapangan yang nyata.

Lantas apa yang bisa kita lakukan bila kita tidak cukup resources untuk membiayai perang kita ini ? tidak ada modal emas atau Dinar untuk bertahan melawan inflasi, apalagi untuk modal berusaha ?. Jangan terlalu kawatir, diri kita sesungguhnya adalah modal yang paling berharga yang bisa kita gunakan sebagai senjata pamungkas untuk berperang dibidang apapun – termasuk berperang melawan inflasi ini.

Bagaimana cara menggunakannya ?, berikut adalah langkah step by step yang antara lain bisa kita lakukan.

Pertama mengasah skills bawaan kita dari lahir yaitu ‘jualan’.  Ketika kita haus di gendongan ibu kita, kita melakukan sales speak dengan menangis – maka dapatlah kita air susu ibu. Keahlian ini terus terasah ketika kita meminta sepatu baru, tas sekolah baru, mengambil hati calon mertua kita dst. Kini skills yang sudah kita asah sejak lahir tersebut tinggal di fine-tuneuntuk ‘menjual’ gagasan-gagasan besar kita, produk-produk yang kita hasilkan,  misi yang kita ingin tuju dlsb.dlsb.

Kedua membangun identitas diri yang orisinil milik kita. Seperti wajah dan sidik jari kita, Maha Kuasa Allah yang telah menciptakan diri kita unique – dari milyaran orang yang ada di bumi – tidak ada satupun yang sama persis dengan diri kita – maka seluruh potensi yang ada di diri kita juga unique – tidak ada seorang pun yang menyamainya. Hanya kita sendiri-lah yang bisa  menemukan dan membangun seluruh potensinya yang ada pada diri kita tersebut.

Ketiga ber-investasi pada diri kita sendiri. Ilmu kita tidak akan pernah cukup, Skills kita juga tidak akan pernah sempurna – maka dari waktu kewaktu yang perlu terus kita lakukan adalah berinvestasi kembali pada diri kita untuk terus belajar dan menambah ilmu, untuk terus berlatih mengasah skills.

Keempat bukan berganti kotak tetapi memperbesar kotak. Setelah identitas diri atau brand identity kita terbangun dengan baik, maka jangan kita tergoda untuk think outside the box - selain amat sulit karena kita akan memulainya dari nol – juga akan merusak brand identityyang sudah dengan susah payah kita bangun. Sebaliknya yang kita perlu terus lakukan adalah grow the box , sehingga dari waktu ke waktu ruang lingkup cakupan pekerjaan kita semakin luas – bukan berganti satu pekerjaan ke pekerjaan lain tetapi sama-sama sempitnya.

Kelima fokus pada kerja karena inilah yang bisa kita lakukan, sedangkan hasil itu diluar kemampuan kita untuk menentukannya. Kesadaran untuk memilah mana yang tugas kita (bekerja) dan mana yang hak Allah untuk menentukan (hasil)-nya ini akan membuat kita lebih ikhlas menerima hasil apapun dari kerja maksimal kita, juga kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mengalahkan musuh kita – yaitu  inflasi yang memiskinkan kita tersebut diatas.

Maka, prajurit tangguh yang siap berperang ini sekarang ada di diri kita, inflasi-pun insyaAllah akan bisa kita kalahkan !. Amin (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 10 Maret 2011)

Mata Air Di Pojok Sawah...

Di pojok sawah kami di Jonggol ada mata air kecil yang terus mengalirkan air jernih untuk mengairi beberapa petak sawah yang kami tanami padi. Karena sumber air ini kecil, maka tidak perlu saluran khusus untuk mengalirkannya. Air langsung mengalir ke petak pertama dari sawah kami yang langsung berhubungan dengan mata air tersebut, kemudian di ujung yang lain dari petak pertama ini kami buat lubang di pematangnya untuk menyalurkan air ke petak kedua. Begitu seterusnya sampai seluruh petak sawah kami terairi dari sumber air yang kecil ini.

Tidak berhenti disini, di pematang petak paling ujung kami yang berbatasan dengan petak orang lain-pun kami buat lubang sehingga air bisa mengairi petak-petak sawah orang berikutnya. Ketika saya pernah coba  telusuri sampai dimana air ini mengalir. Subhanallah ternyata air tersebut terus mengalir sampai jauh – sampai saya tidak tahu lagi dimana berhentinya.

Apa yang akan terjadi seandainya air dari mata air tersebut kami bendung untuk membuat kolam ikan sendiri misalnya ?, dari hitungan ekonomis yang kami lakukan, dengan adanya mata air tersebut kolam ikan sebenarnya diatas kertas lebih menguntungkan bagi kami dari pada sawah. Tetapi bila membendung air untuk kolam ini yang kami lakukan, maka betapa banyak sawah orang lain yang mati karena tidak lagi mendapatkan air yang diperlukannya.

Lebih jauh lagi kami juga berpikir, bagaimana bila air dari mata air tersebut sebenarnya bukan (hanya) untuk kami –tetapi memang untuk seluruh pemilik sawah di daerah tersebut, berhakkah kami membendungnya untuk kolam ikan ?. Maka dari mengikuti perjalanan air dari mata air di pojok sawah kami ini, ada pelajaran yang luar biasa bagi kami untuk memperbaiki sikap terhadap harta. Saya share disini agar lebih banyak yang bisa ikut mendapatkan pelajarannya.

Sama seperti mata air di pojok sawah tersebut, setiap kita diberi ‘mata air’ rizki di ‘pojok sawah’ kita masing-masing. Bisa bersifat materi, bisa juga yang non materi (ilmu misalnya). Ada yang besar dan ada pula yang kecil – itu fitrah, tetapi kita semua diberi tahu oleh Yang Memberi ‘mata air’ tersebut bahwa “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian” (QS 51:19).

Bagaimana kalau ‘mata air’ rizki yang ada di kita tersebut kita bendung, tidak kita alirkan ke sawah sebagaimana mestinya, tidak kita ijinkan orang lain membuat lubang di ujung pematang agar ikut mendapatkan ‘air’ dari mata air di ujung sawah kita ? betapa banyak ‘sawah’ orang lain yang akan mati karenanya. Bisa jadi karena banyaknya orang yang membendung ‘mata air’-nya  sehingga sebagian terbesar penduduk negeri ini jatuh pada kemiskinan  menurut standar Islam.

Mengalirkan ‘air’ rizki tidak harus melalui sedeqah, bisa dengan cara yang produktif seperti menanam padi di sawah tersebut diatas – yaitu menciptakan kegiatan ekonomi yang mendatangkan lapangan kerja bagi orang lain. Bahkan melalui lapangan kerja inilah distribusi ‘air’ rizki bisa lebih elegan, selain bisa berkesinambungan juga lebih bisa menjaga kehormatan penerimanya.

Tentu saja kemampuan untuk ‘mengalirkan air’ ini berbeda-beda dari satu orang ke orang lain, tetapi ini juga bukan alasan untuk kita tidak mengalirkan air tersebut. Saya terus terang tidak bisa bertani dan bertanam padi misalnya – tetapi orang di Jonggol banyak sekali yang bisa melakukannya menggantikan tugas saya.

Begitulah Islam sebagai agama yang sempurna di akhir jaman, pasti bisa menjawab seluruh tantangan jaman ini. Bila saya punya uang tetapi tidak memiliki keahlian, maka saya bertindak sebagai shahibul mal dan mencari mudharib yang capable dan amanah untuk ‘mengalirkan air’ tersebut.  Sebaliknya dalam bidang yang lain saya punya keahlian – tetapi tidak punya uang, maka saya bertukar tempat menjadi mudharib dan mencari para shahibul mal yang ingin ‘mengalirkan air’-nya lewat kemampuan saya. Banyak sekali bentuk kerjasama dengan aqad-aqad yang syar’i yang telah dicontohkan, yang semuanya insyaallah bisa menjamin agar air tetap dan terus mengalir.

Salah satu project percontohan untuk pembelajaran ‘mengalirkan air’ ini insyaAllah dalam sebulan dua bulan kedepan Bazaar Madinah yang pertama bisa beroperasi di Depok. Masyarakat di sekitar lokasi sudah kita beri formulir untuk mendaftarkan diri sebagai pedagang di Bazaar Madinah tersebut, sebagian sudah ada yang mempunyai ide konkrit jualan apa – sebagian yang lain juga belum.

Di sisi lain ada sejumlah pembaca situs ini dari tempat yang jauh ingin ikut berdagang, mereka punya dagangan-dagangan yang sebenarnya menarik – namun menjadi tidak ekonomis bila harus berdagang sendiri di Bazaar Madinah.  Maka problem pertama – penduduk setempat yang berminat berdagang tetapi tidak memiliki barang dagangan – bisa kami ‘jodohkan’ dengan problem kedua – pemilik dagangan dari tempat yang jauh, untuk saling bekerjasama ‘ mengalirkan air’. Yang satu bertindak sebagai mudharib, yang lain bertindak sebagai shahibul mal.

Lantas bagaimana kami bisa membuat dua pihak yang tidak saling mengenal ini dapat saling memberi kenyamanan untuk bekerja sama secara adil ?. Di Bazaar Madinah kami sediakan system kasir bersama, seluruh penjualan melalui kasir bersama ini. Maka dua orang yang kami ‘jodohkan’ untuk saling ber syirkah tersebut misalnya, bisa menunjuk kasir bersama kami sebagai pihak ketiga yang akan meng-adimistrasi-kan bagi hasil yang adil untuk keduanya. Setiap transaksi penjualan bisa langsung terbagi ke tiga pihak, mudharib yang jualan, shahibul mal yang memiliki barang/modal dan kami sebagai ganti ongkos tempat, keamanan, kebersihan dan pekerjaan administrative pengelolaan bagi hasil ini.

Banyak sekali cara lain yang bisa kita gosok menjadi intan berlian dari ‘mata air’ yang ada di ‘sudut sawah’ kita, maka jangan biarkan air dari ‘mata air’ tersebut dibendung atau dibiarkan menggenang. Fitrahnya air adalah mengalir, fitrahnya harta dia harus berputar. InsyaAllah. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 9 Maret 2011)

‘Intan Berlian’ Di Sekitar Kita, Bagaimana Menggosoknya...?

Pada Acara piala sepak bola dunia 2006 di Jerman, saya termasuk yang memperoleh pengalaman luar biasa bisa menyaksikan acara bergengsi yang menjadi perhatian seluruh dunia tersebut secara langsung di balkon VIP FIFA Arena - Munich. Bukan hanya itu, layanan VIP juga diberikan oleh tuan rumah yang saya kunjungi sejak saya turun dari pesawat.  Tidak seperti biasanya ketika kita masuk negeri orang harus antri melalui jalur custom dlsb., hari itu mereka mengirim limousine langsung ketangga pesawat – agar saya bisa dibawa melalui jalur khusus – yang tidak perlu berurusan dengan custom, bagasi dan tetek bengeknya. Mengapa mereka memberikan penghargaan secara luar biasa – bak para bintang World Cup – ke saya hari itu ?. Itu karena ada perusahaan raksasa negeri itu yang eager sekali - ingin belajar tentang konsep ekonomi Islam dari saya !.

Di Jerman saat itu sedang digodog peraturan baru tentang asuransi kesehatan swasta yang mereka pandang selama ini berjalan kurang adil kepada para pemegang polisnya. Kita tahu di Jerman dan  seluruh dunia (termasuk di Indonesia hingga saat ini), semakin tua seseorang akan membayar premi asuransi kesehatan yang semakin mahal – katanya karena faktor risiko yang semakin tinggi.

Tetapi perusahaan asuransi (sengaja) lupa dalam satu hal, bahwa rata-rata orang yang bekerja membayar premi asuransi kesehatan sampai 20 tahun lebih – tanpa klaim , ini adalah rentang waktu rata-rata sejak orang memasuki dunia kerja awal usia 20-an sampai usia awal 40-an, mayoritas orang tidak pernah masuk rumah sakit di rentang usia ini. 

Peluang orang masuk rumah sakit menjadi lebih tinggi setelah usianya di pertengahan 40-an keatas, maka disinilah perusahaan asuransi mengenakan premi yang mahal itu. Sepintas nampak seolah logikanya benar, tetapi logika ini di challenge oleh para pembuat peraturan di Jerman – yang mempertanyakan : "lantas dimana premi yang dibayar rata-rata orang sejak usia 20-an sampai awal 40-an tersebut ?". Dari sinilah awal muawal-nya mereka menggodog peraturan yang tidak akan lagi mengijinkan perusahaan asuransi kesehatan swasta negeri itu menaikkan premi kepada nasabahnya – hanya karena nasabah tersebut bertambah tua !.

Di tengah kepusingan mengantisipasi peraturan yang baru tersebut, salah seorang eksekutif perusahaan raksasa negeri itu mendengarkan ceramah saya di Singapore tentang konsepta’awun dalam memikul biaya kesehatan yang bisa diterapkan di jaman modern sekalipun. Bahwa perusahaan asuransi tidak seharusnya mengakui premi yang dibayarkan nasabahnya sebagai pendapatan mereka. Premi tetap milik nasabah mereka (secara bersama-sama) sampai kapanpun, hak perusahaan hanyalah fee atau ujroh atas pengelolaannya yang besarnya disepakati dengan nasabah di awal masa pertanggungan.

Maka selesai seminar, eksekutif  tersebut mendekati saya dan mengundang saya untuk menjelaskan konsep tersebut lebih detil di negerinya - Jerman. Agar saya tidak menolaknya, maka mereka memberikan penawaran yang luar biasa – yaitu atas kesediaan saya ceramah satu jam di negerinya – mereka akan membayari tiket VIP World Cup lengkap dengan layanan VIP sejak turun pesawat seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini.

Terus terang sebenarnya saya bukan penggila bola, saya penuhi undangan tersebut juga bukan karena layanan VIP-nya. Tetapi yang menarik saya waktu itu adalah mengapa orang-orang diluar Islam begitu antusiasnya mempelajari detil tentang syariat ini dan bagaimana aplikasinya di bisnis mereka. Sebelum di Jerman tersebut, beberapa kali saya juga berkesempatan menceramahkan konsep ta’awun di Lloyd of London – pusat keuangannya Inggris. Dari diskusi dengan para eksekutif tersebut-lah saya tahu bahwa mereka sedang mencari solusi atas masalah-masalah yang mereka hadapi, dan solusi ini bisa jadi datang dari Islam.

Ironi memang, disatu sisi sebagian mereka membenci Islam tetapi sebagian yang lain mengakui keunggulan solusi-solusinya. Sehingga jangan heran misalnya di beberapa negara yang Islam dibenci oleh sebagian rakyatnya, (sebagian) pelaku ekonominya pada meng-klaim bahwa negeri atau kota mereka-lah yang akan menjadi Islamic Financial Hub-nya !. Bagaimana ini bisa dijelaskan ?. Bukan hanya para eksekutif yang mendengarkan saya yang belajar syariat akhirnya - saya sendiri juga belajar melihat syariat ini dari sudut pandang yang lain.

Sesuai janji Allah : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3 : 139), maka sesungguhnya apa-apa yang dihasilkan oleh ajaran Islam ini pastilah sangat tinggi nilainya.

Ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip nilai Islam misalnya, ia ibarat intan berlian yang selama ini terkubur dalam-dalam oleh system ribawi, kapitalisme, neoliberalisme dlsb. Bagi orang yang tahu bahwa ini sesungguhnya intan berlian, maka dia berusaha menggosoknya tanpa lelah sehingga bebas dari segala macam debu yang menutupinya, menggosoknya terus sampai  mengkilap menampakkan keindahan aslinya. Setelah intan berlian tersebut benar-benar bebas dari debu-debu yang menutupinya, maka siapapun yang melihatnya – baik dia muslim maupun non muslim – semua bisa menikmati keindahannya, barangkali inilah salah satu tafsir ...Rahmatan Lil – ‘Alamin itu....!.

Sejak saat itulalah saya berpikir untuk terus menggosok intan berlian – intan berlian berikutnya yang ada di sekitar kita yang masih begitu banyak terkubur oleh debu riba, materialisme,  kapitalisme dan konco-konconya. Maka selain Dinar ada Project Gedebog Pisang,  Kambing PutihBazaar Madinah dlsb. Tetapi kemampuan saya terbatas, banyak sekali intan berlian- intan berlian lainnya yang perlu digosok, dan inilah kesempatan Anda untuk melakukannya juga.

Sulitkah ini ?. ya nggak usah ambil yang sulit seperti program asuransi kesehatan yang memerlukan teknik aktuaria yang sangat njlimet dalam contoh tersebut di atas, ambil yang Anda bisa di lingkungan Anda dan yang sesuai dengan bidang yang Anda kuasai. Untuk konkritnya, saya beri contoh elaborasinya dari kasus pedagang imaginer penjual beras pak Abdullah yang saya perkenalkan ke Anda melalui tulisan saya tanggal 2 maret lalu dengan judul “Model Kemakmuran Para Pedagang...”.

Setelah Pak Abdullah membaca tulisan saya berikutnya tanggal 04 Maret 2011 dengan judul “10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...”, pak Abdullah menjadi tahu bahwa salah satu penyebab yang bisa menghilangkan keberkahan jual belinya adalah bila dia tidak ungkapkan cacat barang dagangannya kepada para pembeli.

Sedangkan dalam dunia perdagangan beras yang dijalaninya sehari-hari, amat sangat sulit bisa mengetahui secara akurat beras apa yang sesungguhnya dia jual. Beras dengan merek yang sama –pun ketika dimasak hasilnya bisa lain. Beras begitu mudah di-oplos oleh pedagang perantara, sehingga merek yang tercetak di karung begitu mudah dipalsukan dan tidak bisa menjadi jaminan atas kwalitas beras yang ada di dalam karung tersebut.

Menjadi lebih sulit lagi karena para pembeli membeli beras tersebut masih dalam kondisi mentah – dengan utmost good faith (prasangka yang sangat  baik) - bahwa setelah dimasak nanti akan seperti yang diharapkan rasanya, bagaimana kalau ternyata setelah matang rasanya tidak seperti yang diharapkannya ?. Siapa yang salah ?.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui pak Abdullah karena kekhawatirannya akan kehilangan keberkahan dalam jual belinya.  Maka pak Abdulullah menelusuri asal-usul beras yang dijualnya, mendokumentasikannya dengan rapi, kemudian secara maksimal menginformasikan seluk beluk beras yang dijualnya tersebut kepada seluruh pembelinya.

Lebih dari itu agar calon pembeli memperoleh informasi yang sangat akurat tentang beras yang akan dibelinya, pak Abdullah memasak satu piring dari setiap jenis beras yang dijualnya setiap hari – kemudian menaruh sepiring beras yang telah menjadi nasi tersebut diatas beras yang dijajakannya – sebagai contoh. Dengan demikian calon pembeli bisa mengetahui, ini mentahnya , kalau dimasak dengan benar , ini pula matengnya ketika beras menjadi nasi.

Karena akurasi informasi yang pak Abdullah sajikan tersebut-lah maka dia menjadi pedagang beras yang insyaAllah tidak akan kekurangan pembeli baik muslim maupun non muslim. Para pembelinya kini dapat melihat beras ‘intan berlian’ yang telah digosok secara maksimal oleh pak Abdullah, bukan karena sekedar ingin laris dagangannya  – tetapi lebih dari itu Pak Abdullah ingin agar jual beli yang dilakukannya mendatangkan berkah !.

Dengan contoh elaborasi bagaimana seorang pak Abdullah pedagang beras bisa menggosok ‘intan berlian’-nya ini, maka Anda-pun insyaAllah punya gambaran yang akurat tentang bagaimana menggosok ‘intan berlian’ yang ada di sekitar Anda. Setelah Anda melakukannya dengan sungguh-sungguh dan dengan ikhtiar yang maksimal, maka kilauan ‘intan berlian’ tersebut bukan hanya Anda yang bisa menikmatinya – tetapi masyarakat lain di sekitar Anda-pun bisa ikut menikmatinya. Bisa bukan ?. InsyaAllah. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 7 Maret 2011)

10 Hal Yang InsyaAllah Mendatangkan Keberkahan Dalam Perdagangan...

Dalam tulisan saya dua hari lalu (02/03/11) tentang Model Kemakmuran Para Pedagang, telah saya uraikan bagaimana secara materi para pedagang memperoleh kemakmurannya melalui dua hal yaitu perputaran modal (frequency) dan margin perdagangan yang wajar. Namun diluar hal yang bersifat materi ini, ada yang jauh lebih penting yaitu keberkahan dari harta itu sendiri. Lantas bagaimana caranya agar kita bisa meraih keberkahan dalam perdagangan ini ?. Berikut saya ambilkan diantaranya 10 hal dari Kitab Fiqih Sunnah-nya Sayyid Sabiq.

Ketika ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam : “Wahai Rasulullah, apa pekerjaan yang terbaik ? (maksudnya yang paling halal dan paling berkah)”, Rasulullah menjawab, “Pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan transkasi jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad dan Bazzar). Mabrur artinya halal dan berkah, baik, bersih, suci, bebas dari dosa. Secara konkrit yang bisa kita ikuti dan praktekan untuk jual beli yang mabrur atau halal dan berkah ini adalah jual beli yang dilakukan dengan cara-cara atau mengandung hal-hal yang antara lain sebagai berikut :

1.     Sigap, mensegerakan berpagi-pagi mencari rizki. Dasarnya adalah do’a Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam “ Ya Allah, berkahilah bagi umatku yang bersegera mencari rizki di pagi buta”.
2.     Jual beli yang dilakukan dengan saling ridlo dan tidak ada paksaan, penjual tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa membeli – pembeli juga tidak boleh mengkondisikan agar seseorang terpaksa menjual. Dasarnya adalah Ayat “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...” (QS 4 : 29).
3.     Menyempurnakan takaran/timbangan dan tidak menguranginya. Dasarnya ada di beberapa ayat antara lain  QS 6 : 152 ; QS 17 : 35 dan QS 83 : 1 - 6.
4.     Jual beli yang saling memudahkan. Dasarnya adalah hadits Bukhari dan Tirmidzi yang meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, “Allah merakhmati seseorang yang memberikan kemudahan apabila dia menjual, membeli dan menagih haknya”.
5.     Tidak bersumpah untuk sekedar melariskan perdagangan. Dasarnya adalalah hadits “Sumpah itu bisa melariskan dagangan, akan tetapi dapat menghapus keberkahannya”. (HR Bukhari dan lainnya dari Abu Hurairah).
6.     Tidak mempermainkan harga. Dasarnya adalah hadits Ashabus Sunan dengan sanad perawi yang sahih telah meriwayatkan dari Ansa R.A, ia berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga-harga untuk kami”. Rasulullah menjawab, “ Allah Penentu harga, Penahan, Pembentang dan Pemberi rizki, aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedzaliman dalam urusan darah dan harta””.
7.     Tidak menimbun barang yang dibutuhkan masyarakat. Dasarnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Ibnu Syaibah dan Al –Bazzaz, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda, : “Barang siapa yang menimbun barang pangan selama 40 hari, ia sungguh telah lepas dari Allah dan Allah telah berlepas darinya”.
8.     Tidak menyembunyikan kelemahan atau cacat barang  yang dijualnya. Cacat barang, kelemahan atau kekurangan harus ditunjukkan/dijelaskan ke pembeli. Dasarnya hadits “Seseorang muslim itu saudara, maka tidak dihalalkan menjual kepada saudara sesama Muslim barang yang cacat, kecuali ia telah menjelaskan cacat tersebut”. (HR Ahmad, Ibnu Majjah, Daruquthni, Hakim dan Thabrani).
9.     Tidak menipu atau konspirasi mempermainkan pembeli, kartel harga dan sejenisnya. Dasarnya antara lain Hadits “Barang siapa menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.
10.   Tidak mengandung Maisir (Perjudian), Gharar (Spekulatif) dan Riba. Dasarnya ada di sejumlah ayat Al-Qur’an antara lain QS 2:279 ; QS 4 : 161 ; QS 30 : 39 dan sejumlah hadits yang terkait dengan masalah-masalah ini.

Sama dengan ikhtiar yang sifatnya materi seperti dalam tulisan sebelumnya tersebut diatas, ikhtiar untuk memperoleh keberkahan ini juga bukan hal yang tidak mungkin untuk kita laksanakan dalam perdagangan sehari-hari. Yang diperlukan adalah ke-istiqomah-an kita dalam mengamalkannya.

Maka bersamaan dengan akan dibukanya Bazaar Madinah dalam satu-dua bulan kedepan misalnya, poin-poin tersebut mulai kita sosialisasikan kepada para calon pedagang di Bazaar Madinah. Bila para eksekutif ketika baru diangkat menanda tangani Pakta Integritas. Maka para pedagang di Bazaar Madinah ketika mendaftar antara lain menanda tangani pakta ketaatan pada syariah yang antara lain mengandung sepuluh hal tersebut diatas. InsyaAllah rizki kita semua melimpah dan juga berkah.... Amin. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 4 Maret 2011)

Model Kemakmuran Para Pedagang...

Saya senang sekali melihat kesuksesan beberapa tukang sayur di lingkungan perumahan saya. Karena volume perdagangan mereka yang terus meningkat, kini mereka tidak lagi mendorong gerobag sayur – mereka pada menggunakan mobil bak terbuka yang praktis - selain menjadi alat transportasi juga menjadi tempat menjajakan barang dagangannya. Bahkan diantara mereka ada yang mulai punya sejumlah tempat mangkal sekaligus. Tadinya saya ingin membuat financial model untuk mempelajari kesuksesan mereka ini, namun karena banyaknya variable barang dagangan mereka – modelnya menjadi terlalu rumit.

Sebagai gantinya untuk memahami bagaimana para pedagang ini menjadi makmur, saya gunakan pedagang imaginer dengan satu barang dagangan saja yaitu pedagang beras. Untuk mudahnya anggap saja pedagang beras ini adalah Pak Abdullah yang memulai berdagang lima tahun lalu (awal 2006). Berikut adalah informasi dan asumsi perdagangan beras yang dilakukan oleh Pak Abdullah – yang saya ambilkan dari data yang sangat mendekati realita pasar :

·      Pak Abdullah mulai berdagang beras dengan modal setara 20 ton beras atau Rp 100 juta awal 2006.
·      Dia beroperasi melayani target pasar yang terdiri dari beberapa perumahan dalam satu kelurahan (pedagang tingkat kelurahan).
·      Harga beras berfluktuasi mengikuti tingkat inflasi BPS ( ini angka konservatif, realitanya sering lebih tinggi).
·      Pada awal Pak Abdullah berdagang tahun 2006 – beras dagangannya di kisaran harga jual Rp 5,000/kg dan selanjutnya mengikuti angka inflasi BPS tersebut (asumsi).
·      Dari lima tahun pengalaman jualan beras, penjualan pak Abdullah tertinggi dalam satu bulan pernah mencapai 40 ton (ketika banyak order dari perusahaan catering !) dan terendahnya adalah 10 ton.
·      Tergantung musimnya, margin kotor (gross margin) pak Abdullah bervariasi dalam kisaran angka 3 % hingga 8% dari nilai penjualan.

Dari enam informasi dasar tersebut, cukup bagi saya untuk mengembangkan financial modelpedagang beras ini – sehingga kita dapat melihat dengan jelas bagaimana mereka bisa menggapai kemakmurannya. Untuk yang terakhir ini saya tambahkan informasi mengenai perkembangan harga Dinar, karena kita akan gunakan tingkat kemakmuran yang hakiki sebagai standar – yaitu nishab zakat 20 Dinar.

Output dari model ini bisa dilihat dari tiga tabel dibawah. Dua faktor utama yang sangat berperan dalam memberikan kemakmuran pada perdagangan pak Abdullah adalah margin perdagangan dan turn-over-nya. Maka sensitivity analysis untuk model ini menjadikan margin dan turn-over sebagai baris dan kolomnya out-put model. Baris margin dimulai dari 3 % s/d 8% yaitu tingkat margin kotor yang bisa diperoleh Pak Abdullah; sedangkan kolom turn-over dimulai 6 kali ( bila pak Abdullah hanya berhasil menjual 10 ton dalam sebulan – artinya modal dia hanya berputar 6 kali setahun) s/d 24 kali ( yaitu bila pak Abdullah bisa menjual 40 ton sebulan – modal dia berputar 24 kali setahun).

MIRR Pedagang
MIRR Pedagang Beras

Tabel pertama menyajikan tingkat hasil rata-rata dari model investasi pak Abdullah yang 20 ton beras tahun akhir 2005/awal 2006 yang setara dengan modal dalam Rupiah sebesar  Rp 100 juta modal. Dari hasil yang terwakili oleh angka MIRR (Modified Internal Rate of Return) tersebut, kita bisa melihat bagaimana Pak Abdullah bisa memperoleh hasil diatas 7 kali (42% keatas) dari hasil rata-rata para penabung ( tabungan, asuransi, dana pensiun dan sejenisnya). Padahal untuk ini pak Abdullah hanya perlu melakukan penjualan 10 ton sebulan dengan gross margin 6% atau 20 ton sebulan gross margin 3% per bulan !. Bila Pak Abdullah berhasil melakukan penjualan atau memperoleh gross margin yang lebih baik dari angka-angka tersebut, hasil pak Abdullah akan naik lagi secara berlipat.

Payback
Payback Pedagang Beras Dengan Modal 20 Ton...

Tabel kedua menyajikan kapan kira-kira modal Pak Abdullah balik. Bila dia berhasil menjual 20 ton sebulan dengan tingkat hasil rata-rata 4 %, maka modal balik dalam waktu kurang dari  2 tahun. Pengembalian modal akan bisa lebih cepat bila dia menjual lebih banyak atau mendapatkan margin yang lebih tinggi.

Income
Minimum Income Scenario (Dalam Dinar)

Tabel ketiga ini yang menujukkan kemakmuran yang sesungguhnya dari pak Abdullah. Bila dia bisa berjualan 20 ton sebulan dengan gross margin 4% saja, dia sudah menjadi orang kaya dengan standard Islam yaitu penghasilan diatas 20 Dinar setahun. Pada tingkat ini penghasilan Pak Abdullah berada di kisaran 5 kali dari penghasilan rata-rata 80% penduduk Indonesia !.

Bila pak Abdullah bisa berjualan 32 ton sebulan dengan tingkat hasil bersih  yang sama 4 %, maka pak Abdullah sudah akan bisa masuk kelompok 20% orang terkaya di Indonesia yang berpenghasilan diatas 61 Dinar per tahun atau lebih dari 3 kali nishab zakat.

Dari model inilah bisa dipahami mengapa pedagang-pedagang di sekitar Anda rata-rata hidup berkecukupan – meskipun penampilannya fisiknya bisa jadi tidak sekeren orang-orang kantoran.

Mudah-kah untuk menjadi pedagang seperti Pak Abdullah ?, tentu tidak ada yang mudah !. Tetapi menjadi pedagang seperti pak Abdullah yang berusaha meningkatkan penjualannya dari 20 ton ke 32 ton perbulan misalnya ( yang membuat penghasilan bersihnya naik 3 kali lipat), tidak juga lebih sulit (dan biasanya juga tidak lebih lama) dari karyawan yang berusaha meningkatkan penghasilannya 3 kali lipat !. Jujur saja sepanjang 21 tahun karir saya sebagai karyawan dan direksi, hanya sekali saya mengalami kenaikan penghasilan yang lebih dari 3 kali lipat yaitu ketika tahun 1998 di puncak krisis negeri ini – team kerja kami mencatatkan kinerja yang luar biasa karena  berhasil mengatasi segala persoalan yang ada waktu itu dan menjadikannya peluang.

Dengan memberikan gambaran model kemakmuran para pedagang ini saya ingin mendorong agar sebanyak mungkin umat ini menguasai perdagangan, bukan berarti sektor pekerjaan lain seperti produksi, administrasi dlsb. tidak penting – tetapi tidak dikuasainya sektor perdagangan inilah yang membuat mayoritas rakyat negeri ini menjadi objek pasar bukan sebagai pelaku pasar. Kelemahan di pasar ini pula yang membuat penghasilan petani (yang mewakili mayoritas penduduk negeri ini ) tidak kunjung naik meskipun harga produk-produk mereka di tingkat konsumen terus melambung.

Sama dengan financial model untuk korporasi yang saya perkenalkan melalui tulisan saya tanggal 01 Maret 2011 kemarin, financial model  untuk para pedagang atau UKM ini juga saya bisa share kepada para peminat yang serius. Hanya bentuk sharing-nya saya tidak mau memberikan spread sheet-nya saja, karena bila ini yang saya lalukan – waktu saya yang habis untuk menjawabi email-email yang menanyakan ini-itu tentang spread sheet ini ( mulai dari masalah teknik yang terkait aplikasi excel 2007,  formulasi model, asumsi sampai pada aspek-aspek financial-nya).  Sharing saya akan dalam bentuk kelas gratis di Cibubur dan akan perlu waktu minimal satu hari penuh untuk bisa mengabsorb ilmunya secara memadai (saya sendiri karena mulai lelet perlu dua hari untuk belajar masalah ini dari ahlinya di negeri jiran !).

Dengan adanya Bazaar Madinah pertama yang insyaAllah bisa beroperasi dalam satu atau dua bulan kedepan dan expertise di bidang financial modeling, forecasting and analysis yang akan kami share ini, saya berharap semoga bisa ikut menumbuh kembangkan lahirnya para pedagang terdidik yang makmur di negeri ini. InsyaAllah. (Muhaimin Iqbal, Gerai Dinar, 2 Maret 2011)

Trend Harga Emas (emas24.com)



Harga Emas Dunia Dalam 24 Jam

24 Hours Gold Price

24 Hours Gold Price